GoodGoes

Selasa, Juni 10, 2008

Pemakaian Antibiotik yang tidak Rasional

Teman saya sakit batuk selama beberapa hari, lalu saya tanya ;
" Udah minum obat apa ? Udah ke dokter ? "
" Obat batuk sama antibiotik. Beli aja sendiri ke apotik. "

Memang masyarakat kita ini sudah terbiasa kalau sakit dikit pengen pake antibiotik ( supaya cepet sembuhnya, beli sendiri lagi bukan pakai resep dokter).
Minum antibiotik tanpa aturan yang jelas, selain tidak tepat guna (efektif) juga bisa menyebabkan kuman penyakit / bakteri menjadi kebal terhadap obat antibiotik golongan tertentu. Juga bila suatu saat bila tubuh kita memang memerlukan pengobatan antibiotik, harus dikeluarkan biaya yang lebih mahal untuk membeli antibiotik dari golongan yang lebih ampuh.

Contohnya adalah begini, kita sebut saja suatu merk generik obat antibiotik yang paling jadi favorit masyarakat : Amoksisilin.

Amoksisilin (Amox) umumnya diresepkan dokter bila terjadi infeksi pada saluran pernafasan atas ( batuk, pilek, disertai demam, ada nyeri tenggorokan, faring hiperemis dsb ) karena infeksi saluran pernafasan atas sering disebabkan oleh kuman / bakteri Streptococcus sp. yang memang sensitif terhadap antibiotik semacam Amox.
Sayangnya penggunaan Amox secara sembarangan, contoh pada indikasi yang tidak tepat seperti sakit flu biasa / common cold akan merugikan tubuh karena tubuh harus memetabolisir obat tersebut atau bahkan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan. Lalu bila suatu saat memang benar tubuh memerlukan Amox untuk pengobatan, bakteri Streptococcus sp. tersebut bisa menjadi kebal (disebut resisten) sehingga perlu ditambah / diganti dengan antibiotik golongan lain yang lebih kuat efeknya, atau berbeda cara kerjanya, dan tentu saja lebih mahal.

Pemakaian antibiotik yang benar adalah sebagai berikut :
1. Harus dengan resep dokter, supaya sesuai dengan indikasi.
Tidak semua penyakit memerlukan antibiotik, bila disebabkan oleh jamur tentu obatnya bukan antibiotik melainkan anti jamur (fungisida).
2. Diminum sesuai aturan.
Bila dianjurkan 3 kali sehari, berarti beri selang 5-6 jam untuk setiap waktu pemakaian, agar kadar obat yang terciptak di darah efektif untuk melawan bakteri.
3. Perhatikan apakah antibiotik diminum sesudah atau sebelum makan.
Ini penting untuk mengoptimalkan kerja obat, juga untuk mencegah efek samping seperti nyeri lambung.
4. Selalu habiskan antibiotik sesuai yang diresepkan.
Bila dokter meresepkan untuk 5 hari, habiskan semua antibiotik sesuai anjuran.
Kadang pasien merasa bila sudah 2-3 hari minum antibiotik badan sudah terasa enak, lalu menghentikan sendiri pemakaian.
Ini juga dapat menyebabkan bakteri / kuman menjadi kebal terhadap antibiotik.
5. Hentikan pemakaian antibiotik bila terdapat tanda-tanda alergi obat.
Segera hentikan pemakaian antibiotik jika terdapat reaksi kemerahan pada kulit (skin rash), gatal/melepuh, badan terasa panas/demam atau reaksi lain yang tidak sewajarnya.
Laporkan ke dokter supaya dicatat dalam riwayat pemakaian obat.
Bila anda alergi terhadap suatu golongan obat, kemungkinan seumur hidup anda tidak dapat mengkonsumsi obat golongan itu.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

mohon pendapatnya,bagaimana kalau dokter hanya meresepkan antibiotik untuk 3 hari?bagaiamana kita sebagai pasien sebaiknya bertindak?mohon diemail ke mufi_nice@yahoo.com trims