Kalau kita meneliti, betapa banyaknya iklan di media (televisi, koran/ media cetak, internet, dsb) yang mempromosikan obat/ramuan/jamu untuk membuat organ kewanitaan/ vagina menjadi kesat sehingga disayang suami (?????) Ini adalah persepsi yang sama sekali salah di masyarakat kita, bahwa vagina yang kesat menyebabkan hubungan seksual yang lebih enak.
Anggapan seperti ini jelas tidak berlaku untuk pihak wanita, karena untuk wanita lebih nyaman jika vaginanya basah saat berhubungan seks, karena jika vagina kering atau kesat menandakan pemanasan/foreplay tidak cukup sehingga pihak wanita tidak cukup terangsang/belum siap untuk melakukan hubungan seksual.
Tapi sayangnya, entah karena sejak kecil kita sudah di-indoktrinasi oleh budaya dan media bahwa vagina kesat/kering itu sesuatu yang baik (apalagi jika ingin disayang suami ???) banyak wanita mengkonsumsi/ menggunakan produk yang bisa mengeringkan/ mengurangi produksi lendir vagina. Ramuan tradisional/ jamu-jamuan seperti ini tidak bisa dibilang aman.
Bahkan ada efek samping yang berbahaya jika terus menerus mengkonsumsi ramuan ysb selama puluhan tahun. Salah jika ada ramuan/ jamu yang mengklaim menggunakan bahan dasar alami sehingga tidak ada efek samping yang membahayakan tubuh.
Banyaknya kasus tentang ramuan/jamu yang dicampur dengan obat atau malah zat yang berbahaya jika dikonsumsi seharusnya membuat kita lebih hati-hati dengan penggunaan ramuan tradisional semacam ini.
Normalnya organ kewanitaan kita memang dirancang untuk berlendir atau basah pada saat-saat tertentu.
Wanita umumnya cenderung merasa lebih "basah" saat masa subur. Keadaan seperti ini sangat wajar dan tidak perlu pemakaian sabun sirih untuk mencuci vagina, karena setelah lewat masa subur (1-2 hari) lendir tersebut akan berkurang. Pemakaian sabun pencuci vagina yang terlalu sering malah dapat menyebabkan keputihan pada wanita, karena normalnya vagina mempunyai sistem pertahanan tersendiri yang mencegah infeksi masuk ke organ kewanitaan. Pada pemakaian sabun pencuci vagina, sistem pertahanan tersebut terganggu sehingga membuat vagina lebih rentan untuk terkena infeksi dan menyebabkan keputihan.
Normalnya organ kewanitaan kita memang dirancang untuk berlendir atau basah pada saat-saat tertentu.
Wanita umumnya cenderung merasa lebih "basah" saat masa subur. Keadaan seperti ini sangat wajar dan tidak perlu pemakaian sabun sirih untuk mencuci vagina, karena setelah lewat masa subur (1-2 hari) lendir tersebut akan berkurang. Pemakaian sabun pencuci vagina yang terlalu sering malah dapat menyebabkan keputihan pada wanita, karena normalnya vagina mempunyai sistem pertahanan tersendiri yang mencegah infeksi masuk ke organ kewanitaan. Pada pemakaian sabun pencuci vagina, sistem pertahanan tersebut terganggu sehingga membuat vagina lebih rentan untuk terkena infeksi dan menyebabkan keputihan.
Keadaan terangsang atau saat hubungan seksual juga normalnya membuat vagina lebih basah karena mengeluarkan lendir. Mekanisme seperti ini memang sudah diatur oleh Yang Mahakuasa, agar saat penis memasuki vagina (yang sudah basah) saat hubungan seksual tidak menyebabkan perlukaan saat bergesekan. Gesekan saat hubungan seksual menimbulkan mikrolesi (=perlukaan kecil) hal ini sangat berbahaya jika salahsatu pasangan mempunyai penyakit kelamin atau penyakit yang ditularkan melalui darah seperti Hepatitis B dan C , juga virus imunodefisiensi pada manusia /HIV.
Disinilah pentingnya memakai pengamanan (=kondom) setiap kali melakukan hubungan seksual bukan dengan pasangan tetap kita.
Sosialisasi pemakaian kondom belum diterima sebagai sesuatu yang wajar, stigma kondom masih stigma negatif di masyarakat kita.
Akibatnya banyak kasus istri tertular penyakit dari suaminya yang suka "jajan".
Dari kasus HIV positif sendiri, sudah jelas sekali orang terinfeksi HIV tidak bisa disembuhkan seperti penyakit menular seksual lain yang bisa sembuh/hilang setelah minum obat.
Sekali orang terinfeksi HIV maka seumur hidupnya orang tersebut akan mempunyai antibodi positif terhadap HIV. [ Disebut seropositif ]
Hal semacam ini seharusnya diketahui secara luas, agar perubahan perilaku bisa diterapkan di kalangan masyarakat. Jika ingin melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang tidak kita ketahui benar latar belakangnya/ bahkan kelompok resiko tinggi seperti pekerja seksual, homoseksual/ waria, hendaknya pemakaian kondom merupakan sesuatu yang wajib.
Mitos seperti minum antibiotik sebelum hubungan seksual dapat menghindari penularan penyakit menular seksual dan HIV adalah sesuatu yang SALAH.
Sejauh ini metoda yang paling bisa diandalkan hanyalah KONDOM.
Walaupun masih banyak perdebatan bahwa efektifitas kondom belum 100 % mencegah penularan (apalagi jika kondom yang dipakai kualitasnya jelek sehingga mudah robek), tapi belum ditemukan metoda lain yang sebaik kondom.
Balik lagi ke soal vagina yang kesat lebih enak, mitos seperti ini perlu dimusnahkan seperti layaknya korupsi di pemerintahan. Sudah jelas anggapan seperti ini merugikan kaum wanita.
Dan sebagai wanita, jangan mau jadi korban media atau korban produk yang (katanya) mengatasnamakan wanita tapi sebenarnya merugikan.
Secara keseluruhan, tubuh kita sudah dirancang sedemikian sempurna oleh Yang Diatas, sehingga apa yang normal, sudah tidak seharusnya dimodifikasi lagi oleh pemakaian ramuan/jamu-jamuan untuk mengubah keadaan fisiologis tersebut.
Sebaliknya, hal tersebut malah bisa mendatangkan kerugian, atau yang paling buruknya penyakit pada tubuh kita.
Semoga tulisan ini bisa memberikan pencerahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar